Resep Makanan Buatan Mama : Cumi Sambal Hijau

| Tuesday 24 March 2020
Image result for cumi sambal hijau


Bahan-bahan yang disiapkan:
  • Cumi 500 gr
  • Garam/penyedap
  • Air jeruk nipis
  • Daun jeruk
  • Bawang bombai
  • Gula pasir
  • Serai
  • Daun salam
  • Minyak

Bumbu:
  • Bawang merah 5 butir
  • Bawang putih 2 siung
  • Cabai hijau

Cara Membuat:
  1. Bersihkan cumi terlebih dahulu, lalu dipotong sesuai selera
  2. Lumuri cumi dengan air jeruk nipis dan garam selama 10 menit. Bilas cumi, kemudian goreng cumi sebentar saja lalu tiriskan.
  3. Lalu panaskan minyak, kemudian tumis bumbu tumbuk kasar, daun salam, serai, dan daun jeruk sampai harum.
  4. Setelah itu masukkan cumi yang sudah di tiriskan bersama dengan bumbu. Aduk sampai warnanya agak berubah.
  5. Kemudian tambahkan garam dan gula. Aduklah hingga matang dan meresap.

edit

Sejarah Demografi Indonesia

| Tuesday 24 March 2020
Kepulauan Nusantara telah lama menjadi kediaman bagi ratusan populasi etnik dan budaya. Kini jumlahnya paling tidak sudah lebih dari 500 populasi. Penduduknya juga menuturkan lebih dari 700 bahasa yang berbeda. Kenyataan ini sering kali memunculkan pertanyaan: siapa sebenernya manusia Indonesia? Datang dari mana leluhurnya? Sejak kapan mereka mendiami kawasan ini?

Secara geografis, kata Herawati, Kepulauan Nusantara berperan penting sebagai penghubung daratan Asia dan Kepulauan Pasifik. Dua model telah digunakan untuk menerangkan migrasi yang kemudian membentuk populasi penghuni Asia Tenggara masa kini. Berdasarkan temuan arkeologi, Asia Tenggara mulai dihuni manusia modern sekira 50.000-70.000 tahun lalu.

Studi genetik yang dilakukan oleh konsorsium HUGO-Pan Asia memperlihatkan, semua populasi Asia Timur maupun Asia Tenggara berasal dari gelombang pertama migrasi Out of Africa. Migrasi ini menyusuri jalur selatan sekira 40.000-60.000 tahun lalu. Sementara itu, berdasarkan model Out of Taiwan, penyebaran penutur Bahasa Austronesia terjadi sekira 5.000-7.000 tahun lalu.

Dalam pembentukannya menjadi manusia Indonesia, kata Herawati, secara genetis terdapat empat gelombang migrasi yang berkontribusi. Gelombang awal, nenek moyang datang 50.000 tahun lalu melewati jalur selatan menuju Paparan Sunda yang ketika itu masih menggabungkan Pulau Kalimantan, Sumatera, dan Semenanjung Malaya.

Cikal bakalnya, dalam pengembarannya, manusia modern (Homo sapiens) dimulai dari Benua Afrika sekira 150.000 tahun lalu. Pada 30.000 tahun kemudian, sekelompok manusia melakukan perjalanan ke utara melalui Mesir dan Israel. Namun, jejak mereka hilang.

Kelompok lainnya, sekira 72.000 tahun lalu berpindah ke bagian selatan semenanjung Arab menuju India. “Manusia non-Afrika, termasuk kita, merupakan kelompok keturunan ini,” jelas Herawati.

Herawati melanjutkan, pada 40.000 tahun lalu ada dua kejadian migrasi. Ada kelompok yang pindah ke utara dari Pakistan melewati Sungai Indus dan bergerak ke Selat Bering. Inilah para penghuni Benua Amerika yang sebenarnya baru dihuni kurang lebih 15.000 tahun lalu. Jauh lebih muda dari penghuni Kepulauan Nusantara.

“Pada jalur lebih muda, memperlihatkan nenek moyang yang berasal dari Afrika Timur pergi ke utara menyebar melalui lembah Sungai Nil, Semenanjung Sinai atau melalui Laut Merah ke Saudi Arabia ke selatan, melewati Indonesia sampai ke Australia,” papar Herawati.

Gelombang kedua adalah kontribusi dari Asia daratan. Ini adalah kelompok yang menuturkan Bahasa Astroasiatik. Mereka berpindah ke selatan masuk ke Nusantara dari daratan Asia melewati Semenanjung Malaya. Saat itu, Semenanjung Malaya masih menyatu dengan Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Gelombang ketiga merupakan ekspansi dari utara. Pada periode sekira 4.000 tahun lalu mereka bermigrasi dari daerah Cina Selatan, menyebar ke Taiwan, Filipina, sampai ke Sulawesi, dan Kalimantan. Mereka inilah yang membawa Bahasa Austronesia. Diaspora Austronesia ini terjadi mulai dari Madagaskar hingga ke Pulau Paskah di dekat Amerika.

“Kalau lihat dari bahasanya, bahasa yang kebanyakan dipakai sekarang adalah Bahasa Austronesia. Kita adalah mereka yang berbahasa Austronesia,” jelasnya.

Gelombang keempat terjadi pada zaman sejarah. Ini termasuk periode Indianisasi dan Islamisasi di Kepulauan Nusantara.

Empat gelombang migrasi yang melalui Kepulauan Nusantara itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya keragaman pada masa kini. Tapi seberapa jauh pembauran yang ada?

Herawati membuktikannya melalui studi genetika. Dia melakukan rekonstruksi dari 50.000 tahun pergerakan populasi manusia Nusantara dengan melibatkan 70 populasi etnik dari 12 pulau menggunakan penanda DNA.

Berdasarkan sampel penanda DNA mitokondria yang hanya diturunkan melalui garis ibu, diketahui periode hunian awal di Kepulauan Nusantara berkisar antara 70.000-50.000 tahun lalu. Sementara analisis penanda kromosom Y yang hanya diturunkan dari garis ayah memperlihatkan adanya bukti pembauran beberapa leluhur genetik.

“Pembauran makin jelas dengan menggunakan penanda genetik yang ditemukan dalam inti sel, yaitu DNA autosom, yang diturunkan dari kedua orang tua,” jelas Herawati.

Penelitian tersebut menguak populasi etnik yang mendiami Indonesia bagian barat dan timur memiliki gradasi pembauran genetik. “Nenek moyang penutur Austro-asiatik di Asia Tenggara yang terungkap dari data genomik menunjukkan adanya migrasi Austronesia ke jalur barat yang bercampur dengan penutur Austro-asiatik dan kemudian menetap di Indonesia barat,” ujarnya.

Misalnya, gen manusia Jawa asli ternyata membawa gen Austro-asiatik dan Austronesia. Begitu pula manusia etnis Dayak dan manusia di Pulau Sumatera yang tampak pada etnis Batak Toba dan Batak Karo.

Sedangkan penduduk asli Pulau Alor membawa genetika Papua. Manusia asli Lembata dan Suku Lamaholot, Flores Timur, membawa genetika Papua dengan persentase paling tinggi dan sedikit genetika bangsa penutur Austronesia. Ini dibuktikan dari penggunaan bahasanya. Di Indonesia timur hingga kini memakai bahasa non-Austronesia atau Bahasa Papua. Berbeda dengan Indonesia bagian barat yang memang bertutur Bahasa Austronesia.

“Latar belakang genetis itu bergradasi. Dari barat Austronesia yang dominan, lalu gen Papua dimulai dari NTT, Alor, dan seterusnya. Dengan gambaran ini kita baru bisa bicara tentang diri sendiri,” jelas Herawati.

Lalu bagimana menjelaskan adanya perbedaan fisik, seperti kulit misalnya? Dia menjelaskan, dalam pengembaraan para nenek moyang hingga ke Nusantara, mereka banyak menemui kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Lingkungan, seperti hutan, padang pasir yang kering, pinggir pantai yang bersuhu tinggi dan berkadar garam tinggi, sinar ultraviolet, dapat menciptakan variasi DNA.

“Pigmentasi itu ada kodenya oleh DNA,” ucapnya. Bagaimana kemudian kondisi itu bisa menciptakan warna kulit, bahkan perbedaan jenis rambut, penelitian mengenai itu hingga kini masih berlanjut.

Menurut Herawati, melalui penelitian genetika, kita mengetahui migrasi manusia sampai ke Nusantara yang menjadi nenek moyang orang Indonesia. Agaknya tak mungkin melabeli kelompok tertentu sebagai manusia asli Indonesia. Sebab, tak ada pemilik gen murni di Nusantara. “Manusia Indonesia adalah campuran beragam genetika, yang pada awalnya berasal dari Afrika,” tegas Herawati.


Adanya teori Out of Africa yang menyebut manusia modern berasal dari Afrika ratusan ribu tahun yang lalu memang cukup membingungkan jika para ilmuwan tidak menjelaskannya dengan lengkap. Herawati mengatakan bahwa persebaran manusia dari Afrika ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, terjadi dalam beberapa tahap yang berlangsung selama ratusan ribu tahun. Sehingga tidak heran jika pada prosesnya terjadi perubahan dalam bentuk fisik akibat perbedaan lingkungan dari tempat asalnya, yakni Afrika.


Sejalan dengan pernyataan tersebut, Colin Groves, profesor Biological-Anthropology di Australian National University, dalam Bones, Stones, and Molecules: Out Of Africa and Human Origins, menyebut jika perubahan bentuk fisik manusia terpengaruh oleh tempat tinggal mereka setelah keluar dari Afrika.

Dalam mengungkap tabir genetika manusia di seluruh dunia, menurut Herawati, Indonesia memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam proses pencariannya. Sejak dahulu, wilayah Indonesia telah menjadi tempat manusia berlalu-lalang. Dan dari sinilah jenis-jenis manusia tersebar ke daerah-daerah sekitarnya. Seperti manusia dari daratan Asia yang bergerak ke arah timur menuju Pasifik atau ke selatan menuju Australia, sudah tentu akan melewati Indonesia terlebih dahulu.

“Indonesia di tingkat genetika populasi dunia sangat penting. Sumbangan kita terhadap genetika molekul itu terbesar. Jadi kunci penyebaran manusia itu ada dikita,” katanya.


Saat proses persebaran terjadi, tidak hanya fisik saja yang terpengaruh, tetapi kebiasaan, bahasa, budaya, bahkan komposisi gen pun ikut berubah. Hal itu terjadi saat manusia mulai melakukan pembauran dengan manusia lain yang memiliki perbedaan secara DNA.

Periode perubahan gen masyarakat Indonesia berlangsung selama ribuan tahun. Tergantung dari tempat mereka tinggal. Sehingga setiap kelompok masyarakat memiliki periode yang berbeda. Seperti proses pembentukan etnis Banjar di Kalimantar yang diperkirakan memakan waktu 1.300 tahun, hasil campuran etnis Dayak dan Melayu.

“Menarik bahwa ternyata pencampuran etnis di Indonesia itu sudah berlangsung lama sekali. Prosesnya memang alami, namun dipengaruhi oleh banyak faktor,” kata Ahmad Arif, wartawan Kompas yang menjadi pembicara di acara kajian sains modern “Asal-Usul Manusia Indonesia”.

Di Indonesia proses pembauran terbesar terjadi pada era perdagangan hingga kolonial, yang telah dimulai sejak abad-abad pertama Masehi. Pada periode tersebut banyak bangsa yang datang ke Nusantara membawa DNA campuran dari wilayahnya masing-masing.

Para pedagang dari Arab, Tiongkok, India, Afrika, dan Eropa, yang melakukan kontak dengan masyarakat lokal perlahan mulai mengalami perubahan di dalam genetikanya. Mereka terpengaruh oleh keadaan lingkungan, kebiasaan, makanan, dan segala jenis interaksi yang terjadi di Nusantara. Di samping hubungan pernikahan.

“Orang yang tinggal di pesisir, seperti masyarakat Jawa pesisir, pasti ada gen Chinanya, Indianya, sama Arabnya, walau ga semua. Karena memang itu tempat pertemuan genetis,” kata Herawati kepada Historia.

Keadaan itu berlaku juga bagi masyarakat Indonesia, baik yang tinggal di pesisir ataupun pegunungan. Masyarakat pesisir yang berinteraksi langsung dengan bangsa asing, ditambah lingkungan laut, memiliki bentuk genetika yang berbeda dengan masyarakat pedalaman, yang umumnya dipengaruhi oleh gen dalam lingkup yang lebih sempit.

Sebagai contoh, Ahmad Arif melakukan tes DNA di salah satu laboratorium genetika di Amerika dan Lembaga Biologi Molekular Eijkman. Ia menggunakan sampel darah dan saliva (air liur) untuk melihat komposisi gen di dalam dirinya. Hasilnya memperlihatkan bahwa leluhur Ahmad berasal dari Tiongkok sekitar 9.000 tahun lalu yang menyebar ke kawasan barat dan selatan Asia Tenggara hingga akhirnya masuk ke Pulau Jawa.

“Misalnya saya yang dikonstruksikan sebagai orang Jawa ternyata DNA saya menceritakan bahwa leluhur saya itu macam-macam. Ada yang sekitar 200 tahun lalu dapat tambahan dari China, ada tambahan dari Asia Selatan, dan seterusnya. Jadi saya menjadi Jawa pun bukan berarti paling pribumi karena semua pun ada jejak pembaurannya,” kata Ahmad kepada Historia.

Lalu seberapa murni gen manusia yang disebut masyarakat asli Indonesia? Ahmad menegaskan bahwa tidak ada satupun orang Indonesia yang memiliki gen murni atau gen yang tidak bercampur. “Baca DNA menurut saya bisa dibawa kemana aja, bisa bilang mana yang murni. Walau sebenarnya secara ilmiah gaada yang paling murni, semua orang pasti campuran,” tutupnya.
edit

Perguruan Pencak Silat di Indonesia "Persaudaraan Setia Hati Terate"

| Sunday 22 March 2020
Persaudaraan Setia Hati Terate (dikenal luas sebagai PSHT atau SH Terate) adalah organisasi olahraga yang diinisiasi oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 dan kemudian disepakati namanya menjadi Persaudaraan Setia Hati Terate pada kongres pertamanya di Madiun pada tahun 1948.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/6/6c/Logo-psht.jpg

  • Ketua Majelis Luhur : Ir. R.B. Wiyono
  • Ketua Dewan Harkat dan Martabat : H. Adi Prayitno, S.Pd.
  • Ketua Pengurus Pusat : Dr. Ir. H. Muhammad Taufiq, S.H., M.Sc.
  • Tokoh Penting : Ki Hadjar Hardjo Oetomo, Mas Irsjad, Mas Imam, Mas Tarmadji


Slogan PSHT ialah "Memayu Hayuning Bawana" yang berarti Memperindah keindahan dunia. PSHT merupakan organisasi pencak silat yang tergabung dan salah satu yang turut mendirikan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) pada tanggal 18 Mei 1948. Saat ini PSHT diikuti sekitar 7 juta anggota, memiliki cabang di 236 kabupaten/kota di Indonesia, 10 komisariat di perguruan tinggi dan 10 komisariat luar negeri di Malaysia, Belanda, Rusia (Moskwa), Timor Leste, Hongkong, Korea Selatan, Jepang, Belgia, dan Perancis.


SEJARAH PSHT
Pada tahun 1903, Ki Ajeng Ngabehi Soerodiwirjo meletakkan dasar gaya pencak silat Setia Hati di Kampung Tambak Gringsing, Surabaya. Sebelumnya, gaya silat ini ia namai Djojo Gendilo Tjipto Muljo dengan sistem persaudaraan yang dinamai Sedulur Tunggal Ketjer. Pada tahun 1917, ia pindah ke Madiun dan mendirikan Persaudaraan Setia Hati di Winongo, Madiun.

Pada tahun 1922, Ki Hadjar Hardjo Oetomo salah satu pengikut aliran pencak silat Setia Hati yang berasal dari Pilangbango, meminta izin kepada Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo untuk mendirikan pusat pendidikan pencak silat dengan aliran Setia Hati. Niat ini dilatar belakangi keadaan saat itu di mana ilmu pencak silat hanya diajarkan kepada mereka yang memiliki status bangsawan seperti bupati, wedana atau masyarakat bangsawan yang memiliki gelar raden, sehingga Ki Hardjo Oetomo berniat agar ilmu pencak silat ini bisa dipelajari oleh rakyat jelata dan pejuang perintis kemerdekaan. Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo setuju atas ide ini asalkan pusat pendidikan nanti harus memiliki nama yang berbeda. Akhirnya didirikanlah SH PSC (Persaudaraan Setia Hati "Pemuda Sport Club). Sistem yang dianut SH PSC ini adalah sistem paguron (perguruan) di mana guru ditempatkan pada tingkat tertinggi sebagai patron perguruan. Sistem pendidikan inilah yang menjadi cikal bakal Persaudaraan Setia Hati Terate.


PENDIDIKAN
Pendidikan pencak silat di PSHT memiliki inti unsur pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan, kebahagian, dan kebenaran. Materi yang diajarkan terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pencak silat ajaran (pemula) yang terdiri dari senam massal, senam dasar, jurus, senam dan jurus toya, jurus belati, kuncian (kripen), dan silat seni untuk tunggal, ganda, dan beregu. Kelompok kedua adalah kelompok pencak silat prestasi untuk mengikuti kejuaraan atau ajang olahraga yang melibatkan pencak silat dengan materi tanding serta silat seni baik tunggal, ganda, maupun beregu. Dan yang terakhir adalah kelompok Pencak Silat Bela Diri Praktis yang diberi materi bela diri profesional, pertunjukan, dan keterampilan khusus.

Selain itu PSHT juga mengajarkan beberapa ajaran seperti Ajaran Setia Hati, di mana warga akan belajar mengenai upaya mendekatkan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan alam semesta. Ajaran Setia Hati mengharuskan warganya mampu memahami dirinya sendiri dan hati nuraninya, bahwa manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan (dibunuh) tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia pada hatinya sendiri dan tidak ada kekuatan apapun di atas manusia yang bisa mengalahkan kecuali kekuatan Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran selanjutnya adalah Ajaran dan Gerakan Budi Luhur di mana warga PSHT harus ikut berupaya mewujudkan memayu hayuning bawana dalam upaya mewujudkan masyarakat nyaman, adil, makmur, dan sejahtera lahir batin.

Falsafah Ajaran
PSHT memiliki falsafah ajaran yang diambil dari ajaran luhur Jawa:

  1. Sepira gedhening sengasara yen tinampa amung dadi coba, yang berarti "seberapa pun besarnya kesengsaraan jika mampu menerimanya hanya akan jadi cobaan semata".
  2. Ala tanpa rupa yen tumandhang amung sedhela, yang berarti "setiap rasa kesusahan, keburukan, serta masalah-masalah apabila dijalani dengan berlapang dada maka kemudian terasa sebentar saja".
  3. Tega larane, ora tego patine, yang secara harfiah berarti "tega melihat sakitnya, tidak tega melihat matinya". Yang mana maksudnya adalah warga PSHT berani menyakiti seseorang dalam rangka memperbaiki bukan merusak (membunuh).
  4. Suro diro joyo diningrat lebur dening pangastuti, yang berarti "segala kesempurnaan hidup dapat diluluhkan dengan budi pekerti luhur".
  5. Satria ingkang pilih tanding, yang secara harfiah berarti "seorang kesatria mampu memilih lawan". Maksudnya seseorang berjiwa ksatria hanya mau melawan orang yang mampu menghadapinya, bukan orang yang lemah daripadanya".
  6. Ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasoroke, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha, yang berarti "mendatangi tanpa kawan, menang tanpa mengalah, sakti tanpa kesakitan, dan kaya tanpa kekayaan".
  7. Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan, yang artinya "jangan sakit hati kala musibah menimpa, jangan susah kala kehilangan".
  8. Ojo seneng gawe susahe liyan, opo alane gawe seneng liyan, yang artinya "jangan suka menyusahkan orang lain, apa jeleknya membahagiakan orang lain".
  9. Ojo waton ngomong ning yen ngomong sing gawe waton, yang artinya "jangan hanya bisa bicara namun harus bisa membuktikan".
  10. Ojo rumongso biso ning sing biso rumungso, yang artinya "jangan merasa bisa, namun juga harus bisa merasakan".
  11. Ngunduh wohing pakarthi, yang artinya "siapa yang berbuat pasti akan menerima hasil perbuatannya".
  12. Jer basuki mawa beya, yang artinya "segala kesuksesan membutuhkan pengorbanan".
  13. Budhi dayane manungso tan keno ngluwihi kodrate sing maha kuwoso, yang berarti "segala daya upaya manusia tidak akan bisa melebihi ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa".
  14. Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara, yang secara harfiah berarti "memperindah keindahan dunia serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak pada diri".
  15. Sepiro suwurmu ngudi kawruh, sepiro jeromu ngangsu ngilmu, sepiro akehe guru ngajimu tembe mburine mung arep ketemu marang sejatine awake dewe, yang berarti "seberapa tinggi mencari pengetahuan, seberapa dalammu menuntut ilmu, seberapa banyak guru yang mengajarimu, tetap bergantung pada dirimu sendiri".
  16. Sapo sing wus biso nemoake sedulur batine kakang adi ari-ari papat kiblat lima pancer, sejatine wus nemu guru sejatine.
  17. Sekti tanpo aji digdoyo tanpo guru, yang berarti "sakti tanpa kesakitan, hebat tanpa guru".
  18. Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pesthi, yang berarti "gejolak jiwa (seharusnya) tidak mengubah kepastian".
  19. Amemangun karyenak tyasing sesama, yang berarti "membuat nyaman perasaan orang lain".
  20. Sukeng tyas yen den hita, yang berarti "suka/bersedia menerima nasihat".
  21. Aja adigang, adigung, adiguna, yang berarti "jangan sok kuasa, sok besar, dan sok sakti".
  22. Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendo, yang berarti "jangan tergoda kemewahan, jangan mudah mendua agar semangat tidak kendur".
  23. Sing resik uripe bakal mulya, yang berarti "yang bersih hidupnya akan mulia".
  24. Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka, sing was-was tiwas, yang berarti "jangan sok pintar karena akan salah arah, jangan suka berbuat curang karena akan celaka, yang ragu-ragu akan binasa".
  25. Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan lan kemareman, yang berarti "jangan terobsesi kedudukan, keduniawian, dan kepuasan".
  26. Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman, yang berarti "jangan mudah heran, jangan mudah kecewa, jangan mudah kaget, jangan manja".
  27. Sepi ing pamrih rame ing gawe, banter tan mbancangi, dhuwur tan ngungkuli, yang berarti "bekerja dengan giat tanpa pamrih, cepat tanpa mendahului, dan tinggi tanpa menandingi".
  28. Urip iku urup, yang secarah harfiah artinya "hidup itu menghidupi". Maksudnya dalam hidup harus bisa menjadi manfaat bagi orang lain.
  29. Sak apik-apike wong yen aweh pitulung kanthi cara dedhemitan, yang berarti "sebaik-baiknya orang adalah memberi pertolongan dengan tanpa ingin diketahui orang lain".

TINGKATAN
Siswa Polos atau siswa hitan adalah tingkatan awal pada PSHT, yang ditandai dengan sabuk warna hitam. Warna hitam melambangkan kebutaan karena siswa belum mengetahui dengan baik apa itu PSHT. Pada tingkatan ini siswa diajarkan pengenalan tentang Setia Hati dan Setia Terate, pengenalan gerak, gerakan, beberapa senam dan jurus. Gerak dan gerakan yang diajarkan termasuk senam untuk tangan dan kaki. Sedangkan jurus yang diajarkan pada tingkatan ini adalah 1 hingga 2 pukulan, tendangan dan pertahanan, 30 senam dan 5 sampai 6 jurus.

Siswa Jambon merupakan siswa polos yang lulus ujian kenaikan tingkat yang ditandai sabuk berwarna merah muda. Warna merah muda melambangkan keragu-raguan. Jambon juga berarti sifat matahari yang terbit atau sifat matahari yang terbenam, yaitu sifat yang mulai mengarah ke suatu kepastian tetapi masih belum sempurna. Pada tingkatan ini siswa diajarkan pemahaman dan pengamalan Ajaran Setia Hati. Dan penambahan kemampuan gerak dan gerakan menjadi 3 hingga 4 pukulan, tendangan dan pertahanan, 45 senam dan 13 jurus.

Siswa Ijo merupakan siswa jambon yang lulus kenaikan tingkat yang ditandai sabuk berwarna hijau. Warna hijau melambangkan keadilan dan keteguhan dalam menjalani sesuatu. Pada tingkatan ini siswa diajarkan penambahan kemampuan gerak dan gerakan menjadi 5 hingga 6 pukulan, tendangan dan pertahanan, 60 senam dan 15 hingga 20 jurus.

Siswa Putih menggunakan sabuk berwarna putih. Dalam tingkatan ini semua pukulan, tendangan, teknik pertahanan, senam dan jurus sudah diajarkan kecuali jurus ke-36. Warna putih melambangkan kesucian sehingga siswa dalam tingkatan ini diharapkan telah mengerti arah yang sebenarnya dan telah mengetahui perbedaan antara benar dan salah, bertindak berdasarkan prinsip kebenaran, dan bersikap tenang. Siswa pada tingkatan ini sudah siap untuk menjalani pengesahan sebagai pendekar/warga PSHT.

Warga atau pendekar PSHT adalah mereka yang sudah menjalani ujian dan pengesahan. Warga PSHT dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu Warga tingkat I (Satria), tingkat II (Ngalindra), dan tingkat III (Pandhita). Warga tingkat I menggunakan sabuk berwarna putih dari kain mori. Warga tingkat II dan III menggunakan selendang.
edit

Awal Mula "Indonesia"

| Sunday 22 March 2020
Nama "Indonesia" berasal dari berbagai rangkaian sejarah yang puncaknya terjadi di pertengahan abad ke-19. Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara Indocina dan Australia dengan aneka nama, sementara kronik-kronik bangsa Tionghoa menyebut kawasan ini sebagai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata dalam bahasa Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang).

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur"), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudain pada tahun  1849 seorang ahli etnologi bahasa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA. Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations (Pada karakteristik termuka dari bangsa-bangsa Papua, Australia, dan Melayu-Polinesia). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas, sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia. Earl sendiri mengatakan memilih nama Melayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon dan Maldives. Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai diseluruh kepulauan ini.

Dalam JIAEA volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Etnology of the Indian Archipelago (Etnologi dari Kepulauan Hindia). Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan yang sekarang dikenal dengan nama Indonesia, sebab istilah Kepulauan Hindia terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. Dan itu membuktikan bahwa sebagian kalangan Eropa tetap meyakini bahwa penduduk di kepulauan ini adalah orang India, sebuah julukan yang dipertahankan karena sudah terlanjur akrab di Eropa. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuan bidang etnologi dan geografi.

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna polis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai akibatnya, pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Di Indonesia Dr. Soetomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderji (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
edit

Perbandingan Wondershare Filmora dengan Adobe Premiere Pro

| Thursday 12 March 2020
Wondershare Filmora

Image result for wondershare filmora

Software editing video Filmora atau panjangnya Wondershare Filmora Video Editor adalah sebuah software atau program yang dibuat khusus untuk memproses pengeditan video dengan mudah dan sederhana akan tetapi softwate ini memiliki kualitas dan hasil video yang cukup baik. Proses pengeditannya lebih cepat dengan hasil yang maksimal.

Software ini memberikan solusi untuk yang ingin belajar mengedit video dengan hasil yang profesional dan tidak memakan waktu yang cukup lama. Karena selain programnya yang ringan, jika dibandingkan dengan software lain, tampilan editing pada filmora juga sangat sederhana dan sangat mudah untuk dipelajari. Walaupun tampilan dari filmora cukup sederhana akan tetapi software ini tidak mengesampingkan fitur, sehingga tidak perlu khawatir dengan kualitas hasil editannya. Filmora video editing tersedia untuk dekstop maupun ponsel.

Kelebihan Filmora
  1. Aplikasi ringan
  2. Pengoperasian sangat mudah
  3. Proses editing lebih cepat
  4. Banyak efek yang tersedia
Kekurangan Filmora
  1. Tidak seflexible mengedit video menggunakan Adobe Premiere
  2. Karena ukuran programnya kecil, perlu mengunduh terlebih dahulu fitur efek yang diinginkan.

Adobe Premiere Pro
Image result for adobe premiere

Adobe adalah satu perusahaan besar yang telah membuat berbagai macam aplikasi untuk keperluan multimedia. Jajaran aplikasi yang telah dibuat meliputi aplikasi desain grafis, aplikasi edit video, aplikasi majalah edit, sampai aplikasi yang digunakan untuk pengembangan website. Sejak beberapa tahun lalu, Adobe sudah memperkenalkan program unggulannya ke pasar softwarre komputer. Salah satu software yang paling terkenal adalah Photoshop yang saat ini sudah memiliki berbagai versi dan senantiasa terus dikembangkan untuk menjadi lebih baik lagi.

Selain Photoshop, Adobe juga membuat aplikasi yang digunakan untuk melakukan editing video. Aplikasi yang dibuat oleh Adobe untuk kepentingan editing video tersebut bernama Adobe Premiere. Ada banyak versi Adobe Premiere, dari Adobe Premiere Pro, Adobe Premiere CC, dan lain sebagainya. Semua versi tersebut tentunya memiliki fitur yang berbeda-beda. Walaupun demikian, secara umu Adobe Premiere menjadi salah satu software yang menjadi pilihan tersendiri bagi para editor video, baik yang bekerja secara profesional ataupun masih dalam tahap pemula.

Kelebihan Adobe Premiere Pro
  1. Dapat mengcapture video dari camcorder yang terhubung ke komputer atau laptop dan dapat disimpan ke dalam berbagai format file
  2. Mudah dalam membuat judul video karena memiliki 3 title
  3. Memiliki timeline yang dapat diisi dengan banyak sekali video serta audio untuk memperkaya efek atau memperbagus video yang dibuat.
  4. Memudahkan dalam mengelola file-file yang dibutuhkan untuk melakukan editing karena tersedia fitur explorer built-in yang dapat digunakan untuk browsing
  5. Memiliki ketelitian waktu edit sampai sekitar 0.01 detik. Dapat membuat frame yang lebih halus sehingga film yang dibuat akan lebih bagus
  6. Banyak dukungan file video yang dapat di edit oleh Adobe Premiere
  7. Memiliki kemampuan untuk membuat efek yang menarik
  8. Memiliki tampilan preview yang membuat video editing menjadi lebih mudah
  9. Memiliki dukungan media encoder yang berasal dari aplikasi encoder yang tangguh yaitu Adobe Media Encoder
  10. Tidak mudah crash
  11. Mendukung sistem 64 bit
  12. Dapat melakukan time reverse dengan mudah dan cepat
  13. Mendukung format outpun berupa video HD
  14. Memiliki fitur save project yang dapat mengantisipasi crash atau mati listrik
  15. Memiliki fitur rendering atau penggabungan video tanpa memasukan suara yang rata-rata tidak tersedia di aplikasi lain
  16. Dapat memilih output video edit yang beragam seperti MPEG-2 atau AVI
Kekurangan Adobe Premiere Pro
  1. Susah untuk dipelajari
  2. Memiliki ukuran instalasi yang besar
  3. Harga Adobe Premiere cukup mahal untuk kantong mahasiswa
  4. Membutuhkan spesifikasi komputer yang berada pada rentang mediun sampai high-end
  5. Tidak terdapat fulll screen preview
  6. Tidak dapat menyimpan file video secara langsung, melainkan harus melalui proses rendering dan lainnya
  7. Tidak ada fitur keyword tagging untuk media library yang dimiliki


Alifa Maulida Nurulita
30118542
2DB01

edit
Newer Posts Older Posts

Search This Blog

Powered by Blogger.

Text Widget

Popular Posts

Pages

Animasi

Blogger templates

Sistem Buku Besar dan Pelaporan

   A. Aktivitas Buku Besar dan Pelaporan  Empat (4) aktivitas dasar yang dilakukan dalam sistem buku besar dan pelaporan:  Perbarui Buku Bes...

© Design 1/2 a px. · 2015 · Pattern Template by Simzu · © Content Alifa Maulida N